Gumba,Gusi.
Tomia wakatobi
Foto Tempayan/Gumba,atau Gusi
dalam Bahasa Tomia wakatobi.
Gumba,Gusi merupakan sebutan dari masyarakat lokal wakatobi.yang dimana dalam Kamus Besar bahasa indonesia (KBBI) disebut sebagai tempayan.
Adalah tempat air yang besar terbuat dari tanah liat.yang memiliki ciri.
Perutnya besar, mulutnya sempit.
Dipakai untuk Menyimpan beras, Air, membuat pekasam ikan dan lain sebagainya.
Menurut cerita masyarakat wakatobi setempat. Gumba,atau Gusi adalah wadah yang dipakai untuk penyimpanan.air,beras,dan harta berharga.
Karena ketahanan dari gumba,Gusi.tersebut. Konon banyak nenek moyang yang menyimpan benda benda berharga di dalam gumba, gusi tersebut. kemudian di tanam di dalam tanah, atau disimpan di dalam gua.
Selain itu sebelum adanya air PAM.dan Cergen.atau gentong plastik.
Masyarakar wakatobi Menggunakan Gumba Atau Gusi. Tersebut sebagai wadah untuk pengambilan air di suatau tempat. Kemudian di pikul. Atau di dayung lewat sampan jika Mata Airnya di seberang pulau.
Sebagian masyaraktnya sampai sekarang Gumba atau Gusi masih di gunakan sebagai tempat menyimpan beras,Minyak.dll.
Namun seiring perkembangan Zaman Gumba atau gusi banyak di temukan di gubuk gubuk kecil di perkebunan masyarakat.
Dan membiarkannya terlantar seakan tak bernilai.
Padahal konon benda ini sangat berguna bagi para pedagang dan perantau.
Menurut Sebuah Teks Melayu Tahun 1839.
Tempayan .
di kalimantan dan lebih umum Tempayan tanah liat yang tersebar di AsiaTenggara, telah menjadi topik sejumlah penelitian. Namun kita belum mengetahui dengan baik keseluruhan sejarahnya,ciri-cirinya dari segi teknis maupun estestis, serta penggunaannya dalam berbagai suku bangsa di kalimantan.
Tempayan Asal - usul dan Guna Tempayan pada dasarnya adalah perabot. Tempayan dari gerabah mula-mula hanya di buat di China, kemudian juga di produksi di vietnam, Thailand, dan Burma Karena sangat Kuat, ia cocok sekali untuk menyimpan cairan dan makanan yang dapat membusuk. Tempayan di buat dalam jumlah yang amat banyak dan terutama di pakai untuk menyimpan barang di suatu tempat atau mengangkutnya di laut. Jadi, tidak mengherankan kalau ditemukan di daerah yang jauh dari tempat asalnya.Ia ditemukan di sepanjang rute-rute perdagangan maritim terpenting, namun persebarannya melampaui pelabuhan - pelabuhan singgah biasa, oleh karena sering di pakai ulang. Peran sebagai wadah penyimpanan di ranah domestik serta dalam pengangkutan maritim itu tidak asing bagi suku - suku di kalimantan, namun suku - suku itu telah menggunakan tempayan secara lebih beragam dan memberinya tata nilai yang lebih rumit.
Kriteria penilaian tempayan beragam, tergantung apakah tempayan digunakan sebagai tempat air minum atau alat ritual, serta apakah menurut tradisi sebuah tempayan pernah terkait dengan keajaiban atau bahkan peristiwa gaib. Jadi, penilaian berdasarkan kriteria yang tidak rasional, termasuk kemiripan dengan tempayan terkenal atau adanya hiasan yang mengingatkan pada alam mitos.
Tempayan belanga misalnya, yang termasuk paling berharga, dianggap memiliki asal usul gaib yang berkaitan dengan penciptaan asal usul gaib yang berkaitan dengan penciptaan dunia, dengan dunia hewan, dan dengan kerajaan majapahit. Menurut legenda yang di salin oleh schwaner, tempayan itu adalah hasil karya Ratu Campa yang membuatnya ketika ia berada di Majapahit, dengan yang pernah digunakan waktu di dunia diciptakan. Setelah Ratu Campa kembali ke langit, tempayan - tempayan menghilang dalam bentuk hewan. Tetapi kalau seekor hewan itu di bunuh dalam pemburuan, maka ia kembali menjadi tempayan.
Malinkcrodt melaporkan
Suatu versi yang berbeda:tempayan-tempayan itu diciptakan dari bahan tanah liat dari bulan, oleh mahkluk keinderaan yang telah memperistrikan putri raja majapahit. Sekembalinya kelangit, beberapa tempayan menghilang dalam wujud kijang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar